Selasa, 01 Oktober 2013

Chappy Hakim: Penerbangan Kita Longgar Aturanasi dan Regulasi

Pada prinsipnya sebuah Maskapai Penerbangan itu adalah penjual jasa dan Pengguna Jasa dhi Penumpang membayar membeli 

Jadi pada hakikatnya yg terjadi adalah proses jual beli. Wajar sekali orang ingin memperoleh sesuatu yg sesuai dg apa yg mereka bayar. Itu saja !

Penjelasan teknis ttg pasawat panas, akan panjang sekali tetapi pd prinsipnya itu tadi, transaksi jual beli harus memenuhi norma yg wajar

Wajar dalam arti sang pembeli sudah sepatutnya memperoleh apa yg telah mereka bayar, bila tidak/kurang, ada hak utk menuntut sesuai perjanjian

Dalam dunia penerbangan penegakkan aturan harus "hitam-putih" sifatnya, begitu ada kompromi biasanya akan langsung menuju amburadul.

Untuk dimaklumi, penerbangan kita memang sedari awal sdh terlanjur "longgar" dalam aturanasi dan regulasi, ini yg menyebabkan banyak masalah

Sampai detik ini NKRI tercinta memang masih belum diakui sebagai sebuah negara yg "mampu" memenuhi "international aviation safety standard"

Aturan + kajian sudah lebih dari cukup; Kelemahan di kita adalah dalam menerapkan dan mengawasi pelaksanaan di lapangan !

Dalam Penerbangan hrs ada simpul yg bergulir yaitu Disiplin yg Tinggi; Pengawasan yg Ketat dan Law enforcemnet + reward and punishment

Aviation bersifat "Inter Nation" dan "in-advance", jadi bila terlambat dalam perencanaan + antisipasi hasilnya cuman 1 yaitu "amburadul" !

Kelemahan lain adalah banyak pemain inti dalam dunia penerbangan kita yang kurang memiliki latar belakang pengetahuan yg cukup ttg aviation

Dalam dunia penerbangan, semua sudah diatur dengan tertib, sebenarnya tinggal mengikutinya saja. Masalahnya banyak yg enggan utk "tertib" !

Semua langkah kegiatan dlm penerbangan sdh disusun "check-list" nya, kapan bisa boarding, kapan hrs di ruang tunggu dll. Tinggal ikuti saja.

Bila terjadi ketidakberesan dalam penerbangan, dapat dipastikan ada "langkah" yang keliru yang telah dilakukan, mudah sekali di lacaknya !

Dengan kondisi kekurangan sdm dan tertinggalnya infrastruktur, maka akan sulit sekali Indonesia menyelenggarakan penerbangan dg baik.

Semua yang berbiaya "murah" biasanya memang akan dekat sekali dengan "masalah", walau "mahal" tdk akan berarti "bebas" dari masalah !

Ada kajian baru ttg "kini tdk ada lagi Low Cost Airlines" karena memang semuanya sekarang "mahal"; Jadi kalo tetap murah "pasti" ada masalah.

Dengan teknologi, semua menjadi mudah, cepat dan aman, tetapi syaratnya adalah "patuhi aturan" dengan tanpa kompromi ! Itu !

Kalau mau jujur, penerbangan kita sebenarnya sudah lampu kuning menuju merah, tetapi banyak yg tidak mau mengakuinya ! Marah lagi ! Tersinggung

Barangkali, dunia penerbangan kita butuh Leader yg "blusukan" mencari akar masalah di akar rumput + ajak makan siang maskapai2 penerbangan.