Jumat, 06 Desember 2013

Prof Yusril: Kenangan tentang Nelson Mandela dan Cakraningrat IV

Saya ingin menulis sedikit kenangan tentang Nelson Mandela yg telah wafat. Saya tdk ingat persis tahun berapa, waktu itu saya sudah di sekneg. Mensesnegnya Alm Pak Moerdiono. Nelson Mandela baru saja dibebaskan dari penjara regim apartheid afrika selatan. Beliau berkunjung ke Jakarta.

Pemerintah RI sangat menghormati Mandela dan mendukung perjuangannya menghapus apartheid di Afrika Selatan. Mendela datang ke Jakarta meminta dukungan dlm posisinya sbg Ketua ANC, sebuah parpol di Afrika Selatan. Namun Presiden Suharto menerimanya persis menerima seorang kepala pemerintahan. Mandela diterima dengan perlakuan yang sama terhadap Yasser Arafat, Ketua Al Fatah, organisasi pejuang kemerdekaan Palestina.

Dalam pembicaraan dg Presiden Suharto, Mandela bukan hanya minta dukungan politik, tetapi juga dukungan finansial untuk perjuangannya. Saya ingat waktu itu, Pak Harto membantu uang tunai 250 ribu dollar kepada Mandela. Bantuan itu diserahkan pribadi kepada pribadi Mandela. Saya ingat Pak Moediono katakan waktu itu, gimana ya caranya kita mau bantu. Pemerintah kan tdk bisa kasi uang ke partai di negara lain.

Saya ingat peristiwa itu mirip ketika Perdana Menteri Natsir menerima Ben Bella, pejuang Aljazair yg datang ke Jakarta tahun 1950. Ben Bella juga meminta dukungan politik dan finansial. Pemerintah RI memberikan emas beberapa kilo kepada Ben Bella. Itu cerita M Natsir kepada saya. Pak Natsir bilang, beliau beli emas di Jalan Kenanga, Senen, untuk diberikan kepada Ben Bella.

Suatu hari saya pergi ke Afrika Selatan sebagai Menteri Kehakiman RI. Saya menghadiri Konvensi PBB di sana. Saya bertemu Mandela, Yasser Arafat dan Fidel Castro di Johannesburg. Mandela mengatakan kepada saya tentang sebuah kuburan di Robin Island, tempat dia pernah dipenjarakan, yang menjadi misteri baginya.

Dalam kunjungan kedua ke Afsel, saya menyempatkan diri datang ke Robin Island di lepas pantai Capetown di Tanjung Harapan. Pulau Robin itu rupanya sebuah penjara sejak Belanda menguasai Afrika Selatan abad 16. Di Pulau Robin itulah Mandela dipenjara selama 29 tahun oleh regim apartheid.

Begitu saya mendarat di pulau Robin, persis di depan gerbang penjara ada sebuah kuburan yg dikeramatkan kaum Muslimin di sana. Sayapun datang ke kuburan keramat yg ada mushollanya itu untuk sholat ashar. Beberapa jemaah tertarik melihat saya datang ke kuburan itu, yg banyak sekali asap dupanya. Seorang jemaah bertanya pd saya apakah saya orang Indonesia. Saya jawab ya. Dia mengatakan bhw dia keturunan Melayu. 

Orang itu mengatakan bhw ketika Mandela dibebaskan dari penjara, dia mampir ke kuburan keramat itu. Mandela berkata, apalah artinya saya dipenjara di pulau ini selama 29 tahun, dibanding orang ini, sambil menunjuk ke kubur keramat itu. Orang ini, kata Mandela, saya tidak tahu dari mana asalnya dia. Nampaknya dia seorang pejuang di negerinya sehingga dia bgt dihormati. Orang ini, kata Mandela, dipenjarakan penjajah sampai dia mati di pulau ini. Dia tak pernah pulang ke negerinya.

Saya tertegun mendengar cerita orang itu, dan sayapun masuk ke makam keramat itu setelah solat di mushollanya. Di dinding makam itu ada tulisan berbagai bahasa. Saya baca tulisan berbahasa Inggris. Tulisannya mengatakan the grave of Shaikh Mathura, the first man wo reading the holy Qur'an in South Africa. Sayapun bertanya siapa itu Shaikh Mathura, orang itu menjawab, nampaknya dia berasal dari negara anda, sama seperti Syeikh Yusuf.

Sayapun membaca beberapa literatur di Capetown dan akhirnya mengetahui bhw Shaikh Mathura adalah Cakraningrat IV dari Madura. Dia seorang pangeran di Madura yang melawan Belanda, lalu ditangkap dan dibuang ke Afsel sampai akhir hayatnya. Barulah saya sadar bhw orang yg kuburannya dikeramatkan orang di Pulau Robin adalah Cakraningrat IV dari Madura.

Ktk saya jadi Mensesneg saya perintahkan Sekretaris Militer Kepresidenan untuk berkoordinasi menelaah riwayat perjuangan Cakraningrat IV. Saya katakan, kalau cukup alasan, maka Presiden seyogianya memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada Cakraningrat IV. Kalau Syekh Yusuf al Makassari sudah diberi gelar Pahlawan Nasional oleh Pak Harto. Saya pernah dua kali ziarahi makam Syeikh Yusuf di kota yg namanya Macassar di Afrika Selatan. Namun sampai saya diberhentikan jadi Mensesneg, kajian sejarah perjuangan Cakraningrat IV belum selesai. Sampai sekarang, Cakraningrat IV belum diberi status sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden kita. 

Demikian twt saya untuk mengenang Mandela yang baru saja wafat meninggalkan kita semua.